Halaman

Sabtu, 11 Februari 2012

Keragaman Pendapatan Sistem Usahatani Kelapa Sawit Rakyat




  Subsektor perkebunan diharapkan tetap memainkan peran penting melalui kontribusinya dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB), penerimaan ekspor, penyediaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, dan pembangunan wilayah di luar Jawa. Subsektor perkebunan ditinjau dari hasil produksinya, merupakan bahan baku atau ekspor, sehingga pada dasarnya telah melekat adanya kebutuhan keterkaitan kegiatan usaha dengan berbagai sektor dan subsektor lainnya.
Ditinjau dari pengusahaannya, secara nasional sekitar 85% merupakan usaha perkebunan rakyat yang tersebar pada berbagai daerah. Kebun kelapa sawit rakyat di Sumatera Barat merupakan bagian terluas dari perkebunan kelapa sawit yang ada, dengan total luas 276.410 ha. Luas kelapa sawit rakyat mencapai 67,42%, sementara Perkebunan Besar Negara (PBN) dan perkebuanan besar swasta 32,58%.
Pengembangan suatu komoditas pertanian dari aspek ekonomi sangat tergantung pada tingkat pendapatan atau kelayakan usaha. Dukungan sistem pemasaran yang lancar dan dengan marjin tataniaga yang proporsional, akan sangat menggairahkan petani untuk berusaha lebih baik. Keberhasilan pengusahaan kelapa sawit sangat ditentukan oleh ketersediaan teknologi, terutama teknologi varietas/bibit unggul, dan pemupukan. Perkebunan besar berkembang dengan baik tidak terlepas dari peran teknologi tesebut. Bagaimana dengan perkebunan rakyat pada saat ini, dimana kondisi ekonomi semakin merosot, karena krisis keuangan global. Tinjauan tentang status pendapatan kelapa sawit rakyat, dapat dijadikan isu dalam kebijakan peningkatan pendapatan petani, khususnya bagi petani komoditas perkebunan.
Pengkajian dilakukan pada daerah dimana perkebunan sawit rakyat terbanyak di Sumatera Barat yaitu Kabupaten Dharmasraya. Waktu pelaksanaan dimulai bulan Mei sampai Agustus 2007. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahap yang meliputi: (a) Desk Study; (b) Survay dengan menggunakan kuesioner; (c) PRA (Participatory Rural Appraisal). Desk study mengkompilasi data skunder baik dalam bentuk potensi biofisik, sosial ekonomi, dan hasil-hasil penelitian yang sudah ada. Survai lapangan dilakukan melalui wawancara dan sasarannya adalah petani kelapa sawit. Parameter yang diukur adalah: input-output usaha tani, dan kendala yang dihadapi baik teknis, maupun non teknis. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana sebanyak 30 petani kelapa sawit. Analisis data dilakukan secara deskriptif, tabulasi (%, nisbah, rata-rata), dan analisis ekonomi.
Pengembangan kelapa sawit rakyat secara ekstensifikasi pada lahan potensial yang tersedia seperti lahan gambut 52.725 ha, lahan kering dataran rendah 322.455 ha, dan lahan cadangan untuk pangan pada dataran rendah yang juga bisa dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan dimana luasnya mencapai 67.825 ha. Potensi lahan tersebut saat ini dalam bentuk semak belukar atau lahan kosong atau hutan. Status penguasaannya merupakan ulayat, sehingga perlu sistem dan kebijakan bersama dalam memanfaatkannya untuk kepentingan masyarakat tani dan pendapatan daerah. Dengan suatu sistem yang menguntungkan dan kesepakatan antara kepala kaum atau pimpinan adat/KAN, potensi lahan yang ada diharapkan dapat dimanfaatkan, guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Potensi lahan budidaya yang ada, terutama perkebunan kelapa, juga dapat dioptimalkan terutama dengan menyisipkan kelapa sawit diantara tanaman kelapa pada areal yang sesuai. Skala usaha kelapa sawit pada sentra produksi cukup luas >1,0 ha. Pada wilayah transmigrasi skala usahanya minimal 1,5 ha/KK. Teknologi adalah komponen utama menuju efisiensi usaha. Perbaikan teknologi yang diperlukan untuk pemeliharaan dan pengembangan kelapa sawit diantaranya: (i) pemupukan secara teratur dengan takaran yang tepat; (ii) Ketersediaan bibit bermutu; (iii) pemanfaatan limbah sawit.
Pemasaran hasil kelapa sawit relatif mudah dan lancar, karena pedagang pengumpul datang untuk membeli dan membawa ke pabrik pengolahan minyak mentah sawit (CPO) terdekat. Pabrik pegolahan kelapa sawit umumnya terdapat dekat dengan hamparan pertanaman. Produk olahan kelapa sawit dalam bentuk CPO diperdagangkan oleh eksportir ke berbagai negara, baik Asia maupun Eropa. Secara finansial agribisnis kelapa sawit menguntungkan. Sawit berumur 15 tahun di Kabupaten Dharmasraya, mampu menghasilkan 12,0 t/h/th dengan keuntungan Rp. 12.198.000 perhektar dengan rasio B/C=4,05 pada tingkat harga Rp. 1.350,-/kg. Luas garapan petani di sentra produksi cukup luas rata-rata 1,5 ha/KK dan perolehan keuntungan dari kelapa sawit perbulan adalah Rp. 1,5 juta. Bagi petani kelapa sawit pada sentra produksi, kontribusi komoditas tersebut sangat besar dalam struktur pendapatan keluarga. Kontribusi pendapatan dari komoditas unggulan tersebut lebih dari 85% terhadap pendapatan rumah tangga tani.
Secara ekonomis komoditas kelapa sawit rakyat menguntungkan dengan perolehan keuntungan rata-rata Rp. 12.198.000,-/ha/th dengan rasio R/C=4,05. Perolehan keuntungan menurut rata-rata skala usaha (1,5 ha/KK) yaitu Rp. 18,3 juta/th. Kontribusi pendapatan kelapa sawit dalam struktur pendapatan rumahtangga 85%. Kelapa sawit termasuk komoditas yang menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan petani kedepan. Prospek pengembangan komoditas tersebut sangat besar, karena berkaitan dengan kebutuhan bahan baku industri untuk berbagai produk olahan. (Nasrul Hosen).

sumber : http://sumbar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=129:keragaman-pendapatan-sistem-usahatani-kelapa-sawit-rakyat-di-sumatera-barat&catid=40:karya-ilmiah-peneliti-dan-penyuluh&Itemid=196

Tidak ada komentar:

Posting Komentar